PDF Artikel Buddha

Dibawah ini saya lampirkan beberapa artikel yang berkaitan dengan agama Buddha.. Artikel-artikel tersebut memuat tajuk tertentu yang ditulis oleh tokoh-tokoh dari agama Buddha sendiri..
Artikel-artikel ini saya lampirkan dalam bentuk PDF yang bisa temen-temen akses secara online dan juga bisa langsung di-download..

Dhammananda: Agama Apa ini?
Dhammananda: Sabda Buddha
Dhammananda: Adakah Penganut Buddha Penganut Berhala
Dhammananda: Agama Buddha Dan Astrologi
Dhammananda: Agama Masyarakat Multi Religius
Dhammananda: Amalan Harian Buddhis
Dhammananda: Andalah Yang Bertanggung Jawab
Dhammananda: Bagaimana Memilih Agama?
Dhammananda: Bagaimana Mengatasi Masalah?
Dhammananda: Hidup Sukses Dan Bahagia
Dhammananda: Kehidupan Yang Tak Pasti
Dhammananda: Perayaan Wesak

Walau tidak banyak, namun semoga banyak bermanfaat..
terima kasih..

read comments Read User's Comments

PDF Buddha, Baca Online Atau Download

Berikut ini saya lampirkan beberapa artikel mengenai Buddhisme dalam format PDF, yang mana bisa temen-temen akses.. Baik itu untuk dibaca online atau di-download..

Karakteristik dan Esensi Agama Buddha
Memahami Agama Buddha Tridharma Dengan Cara Yang Benar
Intisari Agama Buddha
Dasar-Dasar Meditasi
Cara Meditasi
Bhavana
Metta
Memahami Hukum Karma Menuju Perbaikan Nasib
Ketuhanan YME Dalam Agama Buddha
Beragama Apakah Tuhan
Anathapindika: Penyokong Utama Sang Buddha
Anuruddha: Yang Unggul Dalam Mata Dewa
Maha Moggallana
Phra Ajahn Lee Dhammadharo
Venerable Acariya Man Bhuridatta Thera
Ananda, Penjaga Dhamma
Jataka: Hikayat Penaklukan Diri Sendiri
Avalokiteshvara
Karakterisitik Dan Esensi Zen

Semoga bermanfaat..
Terima kasih..



read comments Read User's Comments

Kisah Ringkas Sang Buddha

Video ini merupakan sebuah digital story yang menceritakan Sidharta Gautama.. Ringkas, namun cukup memberikan gambaran bagaimana kisah hidup Sang Buddha..


Sayangnya, sang Narator-nya orang bule.. Makanya, siapin kamus juga yaa.. Hehe

read comments Read User's Comments

Lord Buddha

Buat temen-temen yang suka ngoleksi atau sekedar suka sama hal-hal yang berbau Buddhisme, ini ada beberapa contoh gambar Buddha yang bisa temen-temen jadiin wallpaper.. Check this out..




 


Buat yang masih 'kekurangan', bisa langsung mampir kegudangnya..
Silakan klik disini..

read comments Read User's Comments

RINGKASAN TOPIK XII



RINGKASAN
MAKALAH TOPIK XII
SEJARAH BUDDHISMEN ZEN,
ALIRAN DAN AJARAN-AJARANYA










Oleh:
Dede Ardi Hikmatullah
(1111032100037)






JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013


BUDDHISME ZEN
Sekte Chan atau Dyana, yang didirikan oleh Boddhidarma, asal India tetapi menetap di Cina antara 527-536 M. Aliran ini sangat berkembang pesat di Cina terutama pada masa Hui Neng (838-713 M.) karena mengaku pendapatkan ajarannya dari Sakyamuni. Dalam berkembanganya kemudian, aliran ini masuk dan berkembang di Jepang menjadi aliran Zen dan berpengaruh dalam kehidupan keagamaan di Cina maupun Jepang sampai hari ini.[1]
Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana. Kata Zen berasal dari bahasa Jepang. Sedangkan bahasa Sansekerta nya, Dhyana. Di Cina dikenal sebagai Chan yang berarti meditasi. Aliran Zen memberikan fokus pada meditasi untuk mencapai penerangan atau kesempurnaan.

read comments Read User's Comments

RINGKASAN TOPIK XI



RINGKASAN
MAKALAH TOPIK XI
ALIRAN NICHIREN SOSHU DAN NSI INDONESIA,
SERTA AJARAN DAN TOKOH-TOKOHNYA









Oleh:
Dede Ardi Hikmatullah
(1111032100037)







JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

ALIRAN NICHIREN SOSHU
Nichiren Shoshu adalah sebuah aliran agama Buddha yang berasal dari Jepang pada abad ke-13 Masehi.  Yang dipelopori seorang pembaharu yakni bikhsu Nichiren Daishonin (1222-1282). Aliran ini mulanya berasal dari sekte Tendai (Jepang: T’ien-t’ai).[1] Sekte Nichiren Shoshu ini berpusat di Taisikiji, Fujinomia, propinsi Shizuoka, Jepang.  Sekte ini juga menjadikan pewaris dharma kedua, Nikko Shonin, dan pewaris dharma ketiga, Nichimoku Shonin,  sebagai sebagai pendiri sekte Nichiren Shoshu.

read comments Read User's Comments

RINGKASAN TOPIK X



RINGKASAN
MAKALAH TOPIK X
ALIRAN TANTRAYANA, MANTRAYANA, DAN VAJRAYANA SERTA PRAKTEK RITUAL PERIBADATAN KETIGANYA










Oleh:
Dede Ardi Hikmatullah
(1111032100037)





JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

ALIRAN TANTRAYANA
Fase ketiga dari perkembangan agama Buddha ialah Tantrayana (fase pertama ialah Hinayana, dan fase kedua adalah Mahayana), dan merupakan fase yang paling penting dalam agama Budha di India. Fase ini dimulai sekitar tahun 500 Masehi dan berakhir pada tahun 1000 Masehi. Tantrayana adalah satu mazhab dalam agama Buddha yang sangat istimewa karena memiliki ciri-ciri khas yang unik. Mazhab ini merupakan perpaduan puja bhakti dengan praktek meditasi yogacara serta metafisika madhyamika. Maka dari itu mazhab Tantrayana bukan hanya membicarakan teori, akan tetapi praktek dalam pelaksanaannya.
Secara umum Tantrayana juga dapat dikatakan bagian dari Mahayana, karena ada beberapa bagian dari  inti filsafat Mahayana yang di terangkan secara esoterik dan penuh simbolis, seperti sunyata, bodhicita, tathata, vijnana.[1]

read comments Read User's Comments

RINGKASAN TOPIK IX



RINGKASAN
MAKALAH TOPIK IX
ALIRAN MAHAYANA DAN HINAYANA, SERTA RITUAL DAN PRAKTEK PERIBADATAN KEDUANYA









Oleh:
Dede Ardi Hikmatullah
(1111032100037)






JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

ALIRAN BESAR DALAM BUDDHISME
Semenjak Sang Buddha parinibbana, terdapat beberapa usaha untuk melestarikan ajaran Buddha. Diprakarsai oleh Maha Kassapa terbentuklah Sanghayana I yang berusaha melestarikan ajaran Buddha dengan mengulang kembali ajaran-ajaran Buddha. Demikian seterusnya dengan melestarikan Dhamma dan Vinaya dilakukan Sanghayana-Sanghayana yang lain. Pada Sanghayana kedua terdapat permasalahan, dan menurut menurut Cullavaga hal ini terus berlanjut menjadi konflik yang akhirnya menimbulkan munculnya gerakan baru yaitu Mahayana, sedang yang konservatif disebut Hinayana.
Terlepas dari semua histori kemunculan dua aliran besar yaitu Hinayana dan Mahayana, pada kenyataannya sekarang terdapat dua aliran besar yaitu Theravada dan Mahayana yang diyakini bibitnya berasal dari Hinayana dan Mahayana.[1]

read comments Read User's Comments

RINGKASAN TOPIK VIII



RINGKASAN
MAKALAH TOPIK VIII
BUDDHISME DI KOREA DAN THAILAND,
DAN BUDDHISME DI JEPANG










Oleh:
Dede Ardi Hikmatullah
(1111032100037)






JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

BUDHISME DI KOREA DAN THAILAND
Hwanin atau Hwanung yang muncul dalam mitologi Dangun yang merupakan mitologi pendirian Korea, berarti langit atau Tuhan. Setelah itu, agama bersifat jampi untuk mengejar keberuntungan, menguasai dunia. Namun, hal itu kemudian mengalami perubahan-perubahan setelah tiga agama besar berkuasa, agama Buddha, agama Konghucu diperkenalkan, walaupun Konghucu di Korea bisa disebut bukan agama, melainkan sesuatu yang hanya untuk dilihat dari sisi ilmu, filsafat etika dan sebagainya. Namun, bisa dikatakan bahwa seluruh warga Korea memiliki cara berpikir dan bersifat seperti agama Konghucu. Agama Cheondo, Agama Daejonggyo dan sebagainya merupakan agama nasional yang memuja pendiri Korea, yaitu Dangun.
Selain itu, Shamanisme juga berakar mendalam bagi warga Korea sebagai kepercayaan rakyat. Seperti contoh, warga Korea pergi ke peramal atau dukun untuk menghilangkan nasib buruk ketika menghadapi pilihan penting seperti membuka toko atau ingin sekolah atau untuk mendapat keberuntungan dan mencegah penyakit.

Awal Sejarah dan Perkembangannya
Agama Buddha yang masuk ke Korea berasal dari Cina, dengan aliran Mahayana. Agama Buddha diperkenalkan di Korea pada tahun 372  Masehi, pada periode pemerintahan Kerajaan Goguryeo oleh seorang biarawan bernama Sundo yang berasal dari Dinasti Qian Qin di Cina. Peranan Korea pada sejarah agama Buddha terletak pada kedudukannya sebagai jembatan penyeberangan agama Buddha dari Cina ke Jepang. Meskipun agama Buddha di semenanjung Korea diterima oleh kerajaan-kerajaan setempat, namun sejarah tidak mencatat kemajuan dari ajaran agama Buddha.
Zaman keemasan agama Buddha di Korea terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Wang, yakni pada abad ke 11 Masehi. Ketika kekuasaan Dinasti Wang atas semenanjung Korea diambil alih oleh Dinasti Yuan dari Kerajaan Mongol, maka agama Buddha di Korea banyak dipengaruhi oleh Lamaisme yang berasal dari Tibet. Setelah Dinasti Yuan dikalahkan oleh Dinasti Rhee dari Chosun, maka dinasti ini menerima ajaran Konghucu dan membenamkan ajaran agama Buddha.
Setelah abad 11 Masehi, agama Buddha yang semula hanya dipeluk oleh para aristrokrat dari Dinasti Silla kemudian diterima oleh masyarakat umum berkat usaha-usaha yang dilakukan bhiksu-bhiksu Yi Tien, P’u Chao, dan lain-lain. Bhiksu Yi Tien terkenal dengan editing katalog kitab Tripitaka Cina, setelah belajar agama Buddha di Cina dan menyebarkan pandangan  aliran Houa Yen dan Tien Tai di Korea. Bhiksu Yi Tien juga menulis beberapa naskah agama Buddha dalam bahasa Korea.
Ketika Yi Seong Gye, pendiri Dinasti Joseon, mengadakan pemberontakan dan memproklamirkan dirinya sebagai raja pada tahun 1392, ia mencoba menghapus seluruh pengaruh agama Buddha dari pemerintahan serta mengadopsi Konfusianisme sebagai pedoman pengelolaan negara dan moralitas. Sepanjang lima abad pemerintahan Dinasti Joseon, segala upaya untuk menghidupkan kembali agama Buddha mendapat perlawanan keras dari para cendekiawan dan pejabat Konfusius. Pada tahun 1910 Masehi, Jepang mengambil alih pemerintahan Joseon secara paksa sebagai penjajah, Jepang melakukan upaya-upaya untuk mengasimilasi kepercayaan lokal dengan agama Buddha. Namun upaya-upaya ini gagal dan bahkan berakibat pada bangkitnya minat akan agama Buddha pribumi di antara rakyat Korea.
Meski sering terjadi pergantian penguasa di Korea, akan tetapi ke eksistensi-an agama Buddha masih tetap terjaga, hal ini karena penduduk Korea sudah banyak yang memeluk agama Buddha, dan menjadi agama turun-temurun.

Agama Buddha di Korea Zaman Modern
Kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak diimpor dari Cina, India dan berbagai negara ikut memperkaya kebudayaan Korea.  Pada masa Tiga Kerajaan, yang manfaat ilmunya dirasakan oleh masyarakat Korea sampai sekarang. Namun, pada beberapa dekade terakhir ini, telah terjadi semacam kebangkitan kembali yang melibatkan upaya-upaya untuk menyesuaikan ajaran Buddha dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat modern.
Berbeda dengan agama Buddha Hinayana yang mengejar kebenaran pribadi dan kebebasan dari nafsu duniawi, agama Buddha di Korea bersifat agama Buddha Mahayana untuk menyelamatkan masyarakat awam. Namun, agama Buddha di zaman Korea modern lebih banyak menganut sekte Buddha Zen dengan mempercayai Buddha Amitabha atau Bodhisatva Maitreya. Sekte Zen ini jelas sekali telah mengalami perkembangan dengan banyaknya warga negara asing yang mengikuti jejak biarawan-biarawan Korea.
Sampai saat ini agama Buddha di Korea masih tetap hidup dan para pemeluknya semakin bertambah. Agama Buddha di jadikan agama negara oleh pemerintah Korea, dan di lindungi dari diskriminasi-diskriminasi. Di masa modern agama Buddha dan agama Kristen mapan sebagai agama utama dan agama Buddha sendiri  merupakan agama terbesar di Korea dengan dianut lebih dari 40%  pemeluk agama di masyarakat Korea.

BUDDHISME DI JEPANG
Sebelum agama Konfusius dan agama Buddha memasuki Jepang, keadaan agama Jepang belum terorganisasi dan hanya merupakan kumpulan tanpa nama dari berbagai pemujaan alam, arwah nenek moyang, dan Shamanisme.
Kehidupan sosial masyarakat Jepang saat itu tergambar dalam istilah matsurigoto, hampir-hampir tidak ada pemisah antara agama dan negara. Tiap-tiap suku mempunyai dewa tersendiri yang kadang-kadang dianggap sebagai nenek moyangnya. Kepala suku bukan saja bertindak sebagai pimpinan politik, tetapi juga sebagai pendeta yang tinggi.
Pengaruh dan peranan agama Buddha di Jepang demikian kuat, namun agama asli tidak musnah. Di Jepang agama Buddha mula-mula hanya menjadi agama golongan elite, karena untuk memahami ajaran-ajaran filsafatnya yang ruwet dan rumit diperlukan kepandaian yang tidak sedikit. Oleh karena itu agama Buddha hanya pelan-pelan saja menerobos ke dalam lingkungan rakyat Jepang.

 Awal dan  Masa Perkembangan Buddhisme di Jepang
Pada saat Jepang yang  sudah merupakan sebuah negara bermaksud untuk membentuk sebuah persekutuan dengan Korea. Antara abad ke 3 dan ke 6 Masehi, Jepang mulai menerima berbagai pengaruh dari luar melalui hubungan dengan Korea. Pada tahun 405 Masehi, seorang sarjana bangsa Korea yang bernama Wani memperkenalkan ajaran-ajaran etika agama Konfusius. Berbagai paham dualisme agama Tao juga dimasukkan ke Jepang.
Akan tetapi semua unsur luar yang masuk ke Jepang masa periode ini tidak ada satu pun yang dibawa atas nama agama. Walau demikian, sejak saat itu penyiar dan sarjana agama Buddha dari Korea dan Cina berdatangan memasuki Jepang. Mereka membawa serta kebudayaan asing yang lebih tinggi dari kebudayaan asli.
Agama Buddha masuk ke Jepang pada tahun 853 Masehi atau abad ke-4 Masehi. Kerajaan Korea mengirimkan delegasi kepada Kaisar Kimmeo Tenno di Jepang. Disamping membawa sebuah hadiah, delegasi tersebut juga meminta agar kaisar dan rakyatnya memeluk agama Buddha. Tokoh utama dalam penyebaran agama Buddha di Jepang adalah Pangeran Shotoku Taishi (547-621 M). Ia juga menetapkan agama Buddha sebagai agama negara, menerjemahkan kitab suci Sadharma Pindarika, Vimalakirti, dan Srimalasutra yang sangat berpengaruh dalam pembentukan filsafat Buddhis di Jepang. Pada masa pangeran Shotoku berkuasa, agama Buddha menguasai kehidupan agama di kalangan istana. Dan pada tahun 604 Masehi sudah menjadi agama negara. Pada tahun 607 Masehi, di Horyuji didirikan kelenteng agama Buddha yang pertama di Jepang. Kelenteng tersebut kemudian menjadi pusat tempat studi orang-orang Buddha.
Pada periode selanjutnya, yaitu pada masa pemerintahan Asuka (592-628 Masehi) banyak di antara golongan masyarakat yang terpandang yang memeluk agama Buddha dan saling berlomba-lomba dalam mendirikan kelenteng-kelenteng.  Setelah masa pemerintahan Asuka berakhir, maka periode selanjutnya digantikan oleh pemerintahan Nara (710-7840 Masehi). Dalam masa pemerintahan Nara, agama Buddha mengalami perkembangan pesat, karena banyak suku-suku yang berpengaruh dan bangsawan-bangsawan terpandang memeluk agama Buddha. Di samping itu para penguasa juga menganggap bahwa agama Buddha dapat dijadikan sebagai sarana yang paling tepat untuk mencapai kesejahteraan hidup bangsa.

Agama Buddha di Jepang pada Masa Modern
Karena secara geografis terletak pada ujung jalur sutra, Jepang bisa menyimpan banyak aspek agama Buddha ketika agama ini mulai hilang dari India dan selanjutnya di Asia Tengah serta Tiongkok.
Buddha Zen merupakan suatu sekte yang sangat berpengaruh di negara tersebut. Membicarakan tentang Buddha di Jepang umumnya selalu merujuk kepada sekte Buddha Zen. Demikian juga halnya dengan budaya yang sama sekali tidak bisa dipisahkan dari peran Buddha Zen.
Kuil Buddha di negara ini selain berfungsi sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai tempat wisata. Untuk kuil tertentu yang bernilai historis tinggi dan banyak dikunjungi oleh wisatawan, setiap pengunjung dikenakan tiket masuk, dan aturan ini berlaku tanpa perkecualian. Jadi, baik yang datang untuk tujuan berdoa ataupun tidak sama saja. Wisatawan yang dimaksud kebanyakan adalah orang Jepang sendiri dan sebagian besar dari mereka akan menyempatkan diri untuk berdoa. Bangunan kuil di Jepang umumnya sangat indah dan sebagian besar terbuat sepenuhnya dari kayu dan sudah berumur ratusan tahun.
Untuk para rahib, mereka diharuskan menjalani meditasi dan berbagai pantangan yang sangat ketat. Umumnya para rahib Buddha makan hanya dua kali sehari. Jadi jam makan, tidur, dan juga bangun diatur dengan sangat ketat. Berjalan juga dianggap sebagai bagian dari meditasi atau etika sehingga cara berjalan pun harus dipelajari, misalnya berjalan dengan tidak menimbulkan suara berisik.
Walaupun kehidupan masyarakat Jepang sudah sangat modern, banyak dipengaruhi dari dunia luar, akan tetapi tradisi keagamaan dan budaya mereka tetap eksis, hal ini karena masyarakat Jepang selalu menjaga warisan dari para leluhur mereka.

SUMBER REFERENSI
T., Suwarto. 1995. Buddha Dharma Mahayana. Jakarta: Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia.
Ali, Mukti. 1988. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press.
Hadikusuma, Hilman. 1993. Antropologi Agama I. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

read comments Read User's Comments